Islam Abad pertengahan Vs. Abad 21
Negara
adidaya atau superpower itu selalu jadi kiblat peradaban bagi negara-negara
berkembang lainnya. Begitu ditakuti dan disegani. Sedangkan negara-negara kecil
yang tak punya pengaruh apapun di dunia, mereka hanya jadi follower, pemimpinnya
pun menjadi boneka setiran negara-negara maju & tak ubahnya seperti
‘jongos/pembantu’ bahkan budak yang selalu menuruti perintah tuannya.
Jika
kita menengok sejarah berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita akan tertunjukkan
oleh sebuah peradaban yang tak tertandingi. Ia adalah Negara adidaya yang
memimpin dunia dalam kurun waktu yang panjang, ia mampu menyejahterakan dan
menjamin kebutuhan rakyatnya. Dan siapakah ia kalau bukan Khilafah?
Dalam
buku Wajah Dunia Islam, Dr. Muhammad Sayyid al Wakil menuliskan “khilafah
Islamiyah adalah symbol persatuan masyarakat Islam. Dalam kondisi terlemahpun,
Khilafah Islamiyah jauh lebih baik bagi kaum muslimin daripada berpecahbelah
yang mengantarkan keruntuhannya. Tadinya Khilafah adalah Imam tempat kaum
muslimin bertemu atau ikatan yang menguatkan antara satu dengan lainnya.
Kholifah dalam pandangan Islam juga sebagai pemimpin yang tidak boleh ditentang
dan dilawan. Kaum muslimin pada masa Khilafah merasa bangga sebagai ummat yang
kuat, tersohor, disegani lawan, tempat Negara sahabat meminta bantuannya,
Negara-negara lain ngeri melihat kekuatannya, tidak berani memancing
kemarahannya, para raja dan amir berdatangan melamar cintanya dan berusaha taat
dan patuh kepadanya. Inilah museum Istanbul sebagai saksi hidup akan kewibawaan
dan kemuliaan Khilafah Islamiyah”
Itu adalah deskripsi tentang Khilafah
dan kejayaan kaum muslimin. Sedangkan saat ini, Inggris, Prancis, ditambah USA
di benua Amerika adalah negara maju yang diakui dunia. Namun, silahkan baca sejarahnya
yang dulu. Seandainya kita memiliki lorong waktu untuk melihat peradaban masa
lalu dengan mata kepala sendiri, maka gambaran negara-negara Eropa adalah
seperti yang dipaparkan oleh penulis asal Amerika, yaitu “jika matahari
telah terbenam, seluruh kota besar di Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi
lain, Cordova terang benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh
sementara di kota Cordova telah dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor
sementara penduduk Eropa sangat concern terhadap kebersihan. Eropa tenggelam
dalam lumpur sementara jalan-jalan Cordova telah mulus. Atap istana-istana
Eropa sudah pada bocor sementara
istana-istana Cordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh
Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri sedangkan anak-anak Cordova sudah
mulai masuk sekolah…!”
Beginilah kondisi negara-negara barat
ketika masa darkness age-nya dulu. Bagaimana ia bisa maju sedemikian rupa
seperti saat ini? Padahal dulu Eropa merupakan tempat kerajaan-kerajaan yang
dipimpin oleh raja atau kaisar yang dzolim dan suka memeras rakyatnya. Dulu
Eropa adalah negara yang didominasi oleh kaum gerejawan yang menyebarkan
doktrin-doktrin sesat. Apabila ada yang menentang maka pihak gereja punya
penjara sendiri bagi siapa saja yang menentang mereka.
Hingga
akhirnya kaum intelektual mereka bangkit. Mereka mgnganggap agamalah yang
membuat mereka terpuruk. Ide Sekularisme mereka gaungkan, agama Kristen mereka
tinggalkan. Walhasil terjadilah revolusi industri. Saat ini, siapapun yang
menafikan bahwa barat maju dibidang teknologi maka ia salah. Sayangnya, ada
sebuah fakta yang tidak semua orang tahu, yakni, meski di bidang teknologi
mereka maju sedemikian pesatnya, masyarakat barat adalah masyarakat sakit.
Sekarang ini, negara dengan tingkat kriminalitas dan hutang tertinggi di dunia
adalah Amerika. Padahal Amerika adalah negara yang paling getol menyebarkan ide
demokrasi & sekularisme. Amerika juga berhasil menancapkan hegemoninya di
negri-negri berkembang apalagi di negri-negri kaum muslimin tak terkecuali
Indonesia. Di Barat sana, kesenjangan antara si kaya dan si miskin amat tinggi.
Dan kabar terakhirnya, krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa
semakin parah. Beginikah negara adidaya yang dijadikan kiblat -bahkan oleh
orang yang mengaku muslim- dan diklaim sebagai negara maju itu? Tidak tentunya,
karena penampakannya seperti singa si raja hutan namun setelah diteliti kembali
tak ubahnya kecoa kecil yang malang. Ini memang bukanlah kebangkitan hakiki.
Namun kemajuan di bidang teknologi mereka sudah lebih baik dari pada yang dulu.
Artinya, orang Kristen yang meninggalkan agamanya memiliki hasil yang sedikit
lebih baik. Lalu bagaimana dengan orang Islam yang meninggalkan diennya, apakah
lebih baik juga?
Tanggal 9 Februari kemarin, dikabarkan
bahwa muslim Ughiur, masyarakat minoritas di Xinjiang, China, dipaksa bersumpah
untuk tidak mengajarkan Islam. Seluruh imam dikumpulkan di lapangan lalu
dipaksa menari sambil mengayunkan pamphlet bertuliskan “Pendapatan kami berasal
dari partai Komunis China bukan dari Allah”. Bukan hanya itu, di waktu-waktu
sebelumnya pun kaum muslimin di belahan bumi yang lain diberitakan bahwa
keadaannya sangat mengenaskan. Masih ingat dengan saudara muslim di Afrika
tengah & muslim Rohingya di Myanmar? Atau saudara kita di Palestina yang
konfliknya tak berkesudahan? Tentu tak perlu dipaparkan secara panjang lebar
karena mungkin kita semua sudah kenyang dengan berita saudara-saudara kita ini.
Kondisi ini tentu amat berbeda dengan
kondisinya yang dulu. Seperti kutipan yang saya paparkan sebelumnya, “Kaum
muslimin pada masa Khilafah merasa bangga sebagai ummat yang kuat, tersohor,
disegani lawan, tempat Negara sahabat meminta bantuannya, Negara-negara lain
ngeri melihat kekuatannya, tidak berani memancing kemarahannya, para raja dan
amir berdatangan melamar cintanya dan berusaha taat dan patuh kepadanya.” Dan
tentu bukan kesalahan al Qur’an yang di dalamnya termaktub ayat yang menyatakan
bahwa kaum muslimin adalah ‘Khoiru ummah’. Kesalahannya ada pada kaum muslimin
yang meninggalkan al Qur’an & sunnah Rasul mereka sebagai pedoman.
Sekitar 91 tahun yang lalu, Khilafah
yang menjadi konstitusi penjaga kemuliaan kaum muslimin dan dengannya kaum
muslimin menjadi mercusuar peradaban yang dicontoh oleh barat dihapuskan oleh
Mustafa Kemal laknatullah. Sekarang, kisah kegemilangannya hanya dapat dikenang
lewat buku-buku sejarah. Kaum muslimin harus tahu apa yang menyebabkan
kemunduran mereka, yakni tiadanya Daulah Khilafah Islamiyah yang menjadikan syari’ah
Allah sebagai hukum negara. Jadi, apakah kita-kaum muslimin- tidak menginginkan
kejayaan seperti di awal mula? kalau memang ingin kembali berjaya, mari secara
berjama’ah kita berjuang tuk tegaknya Khilafah Rosyidah. Wallahu a’lamu bish
showab.
By : Me :)
Comments
Post a Comment